Dia yang aku lupa namanya sama sekali. Yang aku ingat, aku pernah sekali menatap ke dalam matanya. Menatap dalam yang terpaksa karena perintah senior panitia acara. Dia yang juga pernah aku pegang tangannya. Sama, karena harus perpasangan dua-dua. Mengapa dia?
Jawabnya singkat saja, karena dia ada disebelahku. Dan aku sangatlah takut sanksi dari senior itu apabila tidak menuruti perintahnya. Takut, takut, dan takut, aku acak memilihmu. "Sama kamu saja ya?" tanyaku dikala itu. Untungnya dikau menerimanya tanpa tanya apapun. Jadilah kami berpasangan kala itu dan mengikuti satu sesi outbound yang sama sekali tak menarik hatiku dan pikiranku. Aku terlalu lelah dan sibuk menghitung mundur waktu kepulangan. Aku hanya badan yang mengikuti arahan dari kaka panitia senior. Aku menurut bak boneka orang. Tak banyak yang kuingat dari pertemuan kita kala itu. Hanya sebatas itu saja.
Kemudian, empat tahun dari peristiwa tersebut; kita dipertemukan dengan kondisi yang berbeda. Kau yang masih lebih tinggi dariku. Kau dengan topi khasmu. Aku masih lebih rendah darimu dan berkerudung segi empat dengan lasan fesyen. Aku mengingat samar-samar rambut ikal dan senyum manismu itu. Kita berpapasan di anak tangga gedung E5. Kau ingin naik ke lantai 2 sedangkan aku ingin turun ke lantai 1. Aku tersenyum, kau acuh mengabaikanku. Aku rasa aku masih memilikimu dalam porsi sedikit dalam ingatanku.
Beberapa waktu setelah itu, kita kembali bertemu dalam sebuah lift kecil di gedung E3. Kali ini tujuan kita sama ; dari lantai dasar menuju lantai 4. Kita bersampingan lagi, dan aku melirikmu. Memastikan ingatan ini tak salah, berkatalah kepada diriku sendiri bahwa "kita dulu pernah seperti ini" tapi mungkin penampilan bulukku membuatmu lupa. Lagipula aku menjaga wibawa di lingkungan ini, karena statusku berbeda dengamnu, dulu status kita sama, tapi sekarang tidak lagi. Aku bukan lagi mahasiswa sepertimu. Aku sudah menjadi staff sementara.
0 komentar:
Post a Comment