Penunggu balasan; pecinta tulisan; pengagum terang-terangan yang teracuhkan.

Wednesday, May 30, 2018

Selesai dengan Segala Tabungan Mati

Pertengahan bulan puasa sungguh menguras emosi di dada. Betapa pagi senangku disapa dengan omelan tentang pekerjaan yang sudah kukerjakan namun belum terselesaikan. Betapa ocehan memekakan telinga merusak dinding rasa yang sudah dengan susah payah kubangun sedari pagi buta. Meruntuhkan semangat untuk mengumpulkan tenaga untuk membanting tulang demi udara. Memporak porandakan acara 7 bulanan kau memasuki dunia baru menjadi babu.

Aku mendengarkan senandung merdu Fiersa di kanal Youtubenya dengan pengeras suara. Hanya dia penawar hati dikala kesal menyelimuti. Dia dengan segala kelancaran diksi dan suara yang aku tak tahu jenisnya itu, membuatku sedikit lupa akan dosa dunia fana. Memaki? sudah aku memaki untuk paragraf pertama dalam tulisan ini. Tetapi itu hanya dalam hati, karena ini bulan yang suci. Tak ingin aku menambah likatnya kotor hati ini.

Aku adalah pesuruh yang mengakali. Aku hannya menyelesaikan karangan tulisan dengan mana orang lain. Iya, hanya orang di balik layar yang selalu menjadi kambing hitam. Iya, yang selalu dapat disalahkan dan di maki atas kesalahannya sendiri atau bukan. Iya, hanya mengerjakan perintah dari yang namanya di dalam Surat Keputusan terletak di atas dari namaku.

Ini adalah sebuah pengakuan dosa. Aku tak selamanya bersih. Bahkan kurasa aku tak pernah bersih. Bukan karena aku jarang mandi. Kebersihan ini tak kasat mata. Ini lebih dari sekadar kebersihan diri. Ini lebih dari itu. Aku mengaku dan menyatakn permohonan maaf kepada Yang Maha Segalanya. Betapa tidak, aku sadar akan ketidakseharusan yang kuselesaiakn. Aku merasa kotor bukan karena badan. Aku merasa salah ditempatkan terkadang.

Buat apa mengeluh dengan buih-buih itu? Aku sudah terjun ke dalamnya selama bulanan, dan bisa jadi tahunan apabila penderitaan ini di perpanjang. Atu penderitaan ini akan berganti, menjadi penderitaan baru? Tak ingin terlalu berprasangka buruk. Sikap yang sangat buruk. Harusnya aku melihat dari lain sisi.

Sisi yang dimana aku terlelap tak di caci. Sisi dimana kau tak pernah diperas hingga siang berganti. Sisi dimana kau boleh menghabiskan nasi dari petinggi. Sisi dimana kau pernah dibelikan sepotong kain yang tak pernah sanggup kau beli dengan uang jerih payahmu sendiri. Bukankah tidak setiap hari kau dicaci? Bukankah tidak setiap hari kau disuruh bolak balik, naik tangga, menjalani lorong, naik turun mengikuti keinginannya? Bukankah tidak setiap hari juga kau mengangkat telepon dan melaksanakan perintahnya yang dengan manisnya di akhir akan selalu ada kata "terima kasih"?

Aku hanya perlu menghadapi itu semua. Mau apa lagi dengan waktu, dia hanya perjalanan satu arah yang tak dapat kau ulang. 7 bulan sudah dengan semua itu, selesaikan saja sekalian. Karena aku selalu percaya akan kesabaran yang tidak berbatas, semoga tabungan ini akan menjadi bekal saat nanti aku sudah tak bernyawa. Saat udara hanaya akan membaut kulit seakin membeku dingin dan kaku.

0 komentar:

Post a Comment

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Blog Archive

Statistik Aniko

Search This Blog

Jimbon punya Dikta, kucing online-ku

Jimbon kucingnya Dikta adalah hal paling membahagiakan di internet sekarang. Kucing online-ku. Gendutnya gak kira-kira. Kelakuannya ya kayak...

Followers

Copyright © Anikoiy | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com