Sungguh ingin menutup mata juga telinga. Tapi apa daya, telinga tidak bisa menutup dengan sendirinya. Aku hanya mengelus dada dan merangkai kata, demi menyalurkan keberdosaanku. Aku bersenandung mengalihkan perhatian, agar kicauan mereka tak terdengar.
![]() |
Sumber : google |
Aku terus bersenandung dan mengetik perasaan. Meski mereka mengocehkan sesuatu yang semakin panas. Si muka 1000 merasakan ketidakadilan. Tapi dari sisi dia. Tak pernah dia berfikir dari sisi orang ketiga; yang tak pernah ada sangkut pautnya dengan problematika.
Jadi apa keinginan si muka 1000 sebenarnya?
Kau bukan ingin membuat benar sesuatu. Tapi kau hanya ingin mencari pembenaran tentang semua hal busuk yang terangkai dari mulutmu itu. Kau hanya ingin mendekati sang kawa agar dia memihakmu. Kau hanya ingin menjadi yang paling baik dan selalu baik di mata sosial oleh semua orang.
Wahai makhluk 1000 muka yang kekuatan supernya ada di lidah. Semoga hidumu tenang hingga akhir masa hidupku. Semoga hidupmu berkah. Terucap doa di akhir celotehan bawahan yang tak pernah engkau anggap keberadaannya.
Ditulis murni hanya sebagai refleksi diri, tidak ingin menghakimi siapapun; tidak bermaksud membuat orang lain tersinggung. Kemudian aku membuka mata, dan terasa kaki kiriku kesemutan. Aku ternyata tertidur di atas menja kerjaku.
Tuhan, ampuni telingaku di dalam mimpi siang ini.
0 komentar:
Post a Comment