Penunggu balasan; pecinta tulisan; pengagum terang-terangan yang teracuhkan.

Tuesday, September 11, 2018

Joy

Joy adalah kesenangan, tapi bisa membuat kekecewaan. Beberapa kali tulisan hanya tentang kekecewaan, karena kekecewaan banyak sekali bentuknya, banyak cerita yang tiada habis tentangnya. Aku dan kekecewaan bagaikan mata uang bermata dua.

Dulu, dua tahun yang lalu kami berjanji. Saling berjanji untuk makan siang. Aku memasak, dan dia akan datang ke rumah kontakanku untuk makan bersama. Begitulah bunyi janji itu. Kami berjarak 9 kilometer. Janji itu sangat manis. Aku sangat bersemangat semenjak pagi. Aku pergi ke warung yang ada di depan gang untuk berbelanja sayur mayur dan bumbu-bumbu. Senyuman tak pernah kecut dari bibirku. Aku begitu senangnya sambil setengah berlari tak sabar untuk memasak padahal baru saja pukul 10 pagi, masih 2 jam lagi untuk waktu makan siang.

Aku memutuskan untuk membuat oseng buncis, sayur bening, tempe dan tahu goreng, ikan pakasam goreng, dan menggoreng kerupuk juga.  Terlalu banyak untuk sekadar satu kali makan siang biasanya sih, tapi ini adalah janji makan siang pertama kami, rasanya ingin kumasak semuanya. Menceritakan proses memasak dengannya di perpesanan aku lakukan dengan gembira. Pokoknya senang sekali kala itu.

Tengah proses memasak, selagi menggoreng ikan pakasam, masuk pesan darinya.
"Maaf sekali, sepertinya saya tidak dapat menepati janji saya"
"Maaf sekali, sungguh saya sangat menyesal"
Langsung hilang nafsu makan, langsung hilang nafsu memasak. Aku tertegun, membalik ikan pakasam di atas penggorengan. Belum kuasa membalas pesan tersebut, aku mengangkat ikan dari penggorengan. Aku mematikan kompor. Aku ke kamar, berbaring, menatap layar telepon genggam. Membaca berulang kali pesan itu.

Ah, tidak salah baca kok. Pikirku dalam hati.
Ku tarik nafas, aku mengetik "Tidak apa-apa, masih bisa lain kali makan siangnya" balasku kemudian. menunggu pesan itu terkirim, setelah terkirim, tanpa menunggu balasan pesan tersebut, aku matikan telepon genggam, aku memejamkan mata, memaksa diriku tidur siang.

Aku tertidur.

----

Tak lagi kami berkirim pesan singkat bertanya kabar. Tak lagi kami berkirim komentar status. Tiba-tiba saja semuanya terhenti.

Hingga kami bertemu lagi disaat aku tengah wisuda, sekitar pukul 12 siang, kami bertemu di teriknya hari di depan gedung putih kembar, dia menyapaku, aku menyapanya, mengajaknya berfoto. Kami sudah lupa akan janji makan siang itu. Kami dengan senangnya bertatapan di bawah matahari dengan suka cita. Kami akhirnya dalam kegembiraan.

Joy, kamu tak hanya membawa kecewa. Sungguh kamu akhirnya tetap membawa bahagia. Terima kasih Joy.

0 komentar:

Post a Comment

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Blog Archive

Statistik Aniko

Search This Blog

Jimbon punya Dikta, kucing online-ku

Jimbon kucingnya Dikta adalah hal paling membahagiakan di internet sekarang. Kucing online-ku. Gendutnya gak kira-kira. Kelakuannya ya kayak...

Followers

Copyright © Anikoiy | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com