Penunggu balasan; pecinta tulisan; pengagum terang-terangan yang teracuhkan.

Friday, September 9, 2011

Don't Leave me part 1


Don’t Leave me
Kita tak pernah mengerti arti bahagia
sampai kita jatuh cinta
Dan kita tak pernah mengerti apa arti kesedihan
sampai kita ditinggalkan orang yang kita cintai.

Setelah mendeklarasikan sebagai E2 couple sekitar setahun yang lalu, mereka yang panggilan sayangnya adalah Mr. Simple dan Little Mermaid selalu menghabiskan waktu mereka dengan melakukan hal-hal yang membuat couple ini selalu ceria. Banyak cobaan dan rintangan yang dilalui oleh mereka berdua. Eunhyuk yang selalu setia menemani Elyn disetiap harinya, karena E2 couple mempunyai motto dalam hubungannya yaitu “no matter whats happens, even if the sky is falling down. I’ll promise you.. that I’ll never let you go.” Namun apa yang t
erjadi, ternyata motto itu tidak dapat bertahan lama, bukan karena salah satu dari mereka sengaja mengingkari motto tersebut. Tapi karena Eunhyuk yang sudah terlebih dahulu kembali pada sisi sang penciptanya.
Sejak saat itu, sekarang Elyn berubah menjadi sosok yang sangat tertutup pada sekitar. Apabila di sekolah dia hanya merenung. Entah apa yang direnungkannya.(yang nulis bingung, karena waktu nanya sama Elyn, Elyn sendiri gak jawab pertanyaan yang nulis untuk itulah sampai sekarang pun, itu masih menjadi misteri yang belum dapat terpecahkan)
Sudah disebutkan tadi bahwa E2 couple selalu bersama-sama, mereka satu kelas dan di kelas itu duduknya pasangan, hmmmp.. berdua-berdua. Sudah bisa ditebak bahwa E2 bakal duduk berdua kan? Namun setelah kepergian sang Mr. simple dengan cara yang cukup mengenaskan itu, sekarang bangku yang ditempati oleh Eunhyuk tetep kosong sampai sekarang.
Mungkin Elyn belum dapat menerima bahwa Eunhyuk sekarang telah tiada sehingga setiap hari dia selalu membersihkan bangku yang sebelumnya ditempati oleh Eunhyuk itu. Dia selalu menjaga agar jangan sampai ada noda atau bahkan debu sekecil apapun hinggap disana. Sungguh malang nasib wanita yang satu ini.

Elyn POV:
Aku berusaha untuk menjalani hidup seperti biasa. Namun, entah mengapa aku tidak bisa! Bagaimana aku bisa hidup tanpa dia? Dia yang selalu menemani aku di sekolah. Dia yang selal
u menemani aku kalau kakak tidak ada. Dia yang selalu membuat aku tertawa dengan tingkahnya yang rada-rada.  Bagaimana bisa aku kembali hidup dalam bahagia? Kalau dunia sekarang sudah menjadi kelabu saat kepergiannya? Aku sudah berusaha tegar dalam menghadapi cobaan selama ini. Tapi yang membuat aku tegar dalam menghadapi semua cobaan itu adalah kehadirannya. Sekarang aku harus bagaimana? Bagaimana aku bisa tegar kalu dia saja sekarang sudah tidak ada. Mengapa Tuhan begitu tega kepadaku
? Apa salahku? Mengapa Tuhan mengambil dirinya dari sisiku? Aku masih tidak habis pikir, mengapa semua ini terjadi kepadaku? Apa Tuhan pikir aku sanggup menhadapi ini semua?
Hari ini tepat 5 bulan peringatan kematiannya. Aku selalu berjiarah kemakamnya setiap ada waktu luang. Aku berjalan sendirian menuju makamnya, dengan membawa seikat bunga yang tadi aku beli saat perjalanan kesini. Aku berlutut tepat disamping kuburanya.
“Hi Mr. Simple..?”aku merasakan ada cairan kental yang sudah memenuhi kedua mataku ini.
“ Hi Little Mermaid.”dia tersenyum kepadaku
“apa kabarmu hari ini ?” aku mencoba tersenyum menatap wajahnya
yang muncul dalam khayalanku sekarang.
“aku baik-baik saja disini. Hhahha.. mengapa kau datang kesini lagi?”
“apa kau tidak kangen padaku,?” aku menatap matanya dan meraba wajahnya  itu, membayangkan seolah-olah sedang berbicara langsung kepadanya yang selama ini selalu kurindu kehadiranya.
“tentu saja aku kangen kepadamu Little Mermaidku.” Dia kembali tersenyum
kepadaku
“ini aku bawakan bunga untukmu” meletakkan seikat bunga tadi diatas kuburannya.
“aku harap kamu suka yaa,?”aku mencoba tersenyum, namun tidak bisa karena sekarang pipiku telah banjir dengan airmata yang tak kusadari kapan mulainya banjir ini.
“makasih buat bunganya, aku suka, harum lagi. Hhehe..” dia terlihat senang menerima bunga itu. “kau menangis?” tanyanya kepadaku
“ommoo.. kenapa aku menangis?” aku mengusap air mataku. “kau kan tidak suka melihatku menangis, tapi bagaimana ini?” aku mengusap air mata lagi dan mulai berusaha berbicara seperti biasa. “air matanya tidak bisa berhenti keluar Eunhyuk. hhaha.. bagaimana ini?”
“ berhentilah menangis Elyn, aku mohon. Apa kau ingin membuatku sedih juga” dia mengusap airmata yang tetap tiidak bisa berhenti keluar dari mataku ini
 “mengapa kau melakukan ini kepadaku,?” tanyaku kepadanya
“maafkan aku sayang.”
***
Sebenarnya aku ingin sekali menyusulmu, namun aku tidak bisa meninggalkan Nickhun sendirian. Cuman Nickhunlah yang sekarang menjadi cahaya hidupku. Namun keadaanya takkan pernah sama lagi sekarang. Dunia tetaplah menjadi kelabu dimataku sekarang. Seandainya kau ada disini. Dunia pasti akan tetap berwarna bagiku. Ini semua salah mu yang meninggalkan aku sendiri.
Setelah selesai berjiarah aku berjalan gontai menuju mobil yang aku parkir lumayan jauh dari makam Eunhyuk untuk kembali kerumah karena sepertinya aku sudah lama disini. Aku tidak ingin membuat Nickhun khawatir, kalau nanti saat dia pulang dan melihatku tidak ada di rumah.
Flashback
“apa kau yakin ingin pergi sendirian kesana? Tanya Nickhun
“aku akan pergi sendiri kesana. Lagipula aku berencana akan lama disana. ”aku tersenyum kepada Nickhun
“maafkan aku yaa,, aku tidak bisa mengantarkanmu, karena aku ada pekerjaan hari ini”
“tidak apa-apa. Berangkatlah bekerja sana.”
“apa kau yakin adikku?”
“100 persen yakin kakakku. Biar kau tidak khawatir, aku berjanji akan pulang sebelum kau sampai di rumah ini. Jadi kau akan melihatku berada di rumah ini saat kau pulang nanti”
“baiklah. Aku berangkat sekarang.aku sayang padamu” Nickhun mengecup ringan dahiku.
“hati-hati kakak.” aku melambaikan tangan kepada Nickhun yang sudah pergi dan menatap mobilnya yang akhirnya menjauh.
Ending of flashback
***
Besokya disekolah..
Seperti biasa aku membersihkan bangku kosong yang disebelahku ini. Sudah 5 bulan bangku ini kosong. aku melihat sesuatu terukir di ujung meja ini.
Just you and I
Forever and ever
Mr. simple and Little mermaid
Flashback
“Apa yang kau lakukan?”Tanyaku kepada Eunhyuk
“ diam saja dan lihat nanti,hhehhhe.. Sebentar lagi akan selesai” dia terlihat sibuk dengan sesuatu “tarra… bagaimana menurutmu?” Dengan mata yang bersinar-sinar dia menunjukkan hasil karyanya itu kepadaku
Aku melihat ukiran yang baru dibuatnya di atas mejanya itu. Aku sangat terharu dengan perbuatannya itu. Tapi aku pura-pura tidak menyukainya.
“hmmp..”Aku menyipitkan mataku “ bagaimanya yaa,,?”Aku memutar mataku
Dia memandangku penuh harap.
“jelek..”Jawabku singkat
End of flashback
“ aku bohong padamu Eunhyuk. Sebenarnya ini sangatlah bagus.” Aku menyentuh ukiran yang ada di meja itu dan tanpa aku sadari lagi airmata telah mengalir lagi setiap aku mengingatnya.
***
“ hari ini ada murid baru di kelas kalian. Dia adalah pindahan dari Jepang. Dia akan sekolah disini mulai dari sekarang.” Kata guru pada pagi hari ini.
“ dia akan memperkenalkan diri kepada kalian” kemudian guru mempersilakan kepada murid baru itu untuk memperkenalkan dirinya.
Aku sama sekali tidak tertarik dengan adanya murid baru atau hal apapun yang sedang terjadi di kelas ini. Aku tidak memerhatikan yang sedang terjadi di kelas. Lamunanku pergi dari kelas ini. Seandainya saja dia ada disampingku. Pasti sekolah tidak akan menjadi tempat yang sangat membosankan. Dia pasti akan menjadi teman mengobrolku yang menarik. Dia tahu dimana saat aku sedang tidak bersemangat seperti sekarang. Kalau dia masih ada disebelahku, pasti dia akan menghiburku. Mengapa dia pergi begitu cepat?
Lamunanku langsung terhenti saat guru mengatakan “  silakan menempati tempat duduk di sebelah sana”
Degg.. Tempat duduk yang ditunjuk oleh guru adalah tempat duduk Eunhyuk. Apa aku siap menghadapi tempat duduk itu terisi oleh orang lain? Apa aku harus mengatakan bahwa tempat ini tidak seharusnya terisi selain oleh Eunhyuk. Apa aku harus protes dengan keputusan guru? Aku tidak ingin kenangan bersama Eunhyuk hilang. Apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku tidak ingin orang baru itu, entah siapa namanya tadi, aku tidak tahu, karena aku sama sekali tidak memerhatikannya saat dia memperkenalkan dirinya, duduk di sebelahku. Meski aku belum biasa melihat kursi ini kosong karena kepergiannya, namun aku tidak bisa terima kalau kursi ini akan diisi dengan orang asing. Aku tidak terima kalau ada orang lain yang duduk disebelahku selain Eunhyuk. Hanya dia yang boleh duduk disebelahku. Tidak ada yang lain.
Aku mengambil tas, berdiri dan kemudian menghampiri guru yang berada di depan kelas.
“maaf guru.. saya merasa tidak sehat hari ini. Bolehkah saya pulang?”
“apa kau tidak apa-apa Elyn? Mukamu terlihat pucat.” Guru menyentuh keningku dan aku lihat pandangan khawatir darinya.
“saya merasa tidak sehat hari ini. Dan saya pikir saya tidak akan sanggup untuk mengikuti pelajaran hari ini. Bolehkah saya pulang sekarang?” mohonku kepada guru.
“baiklah. Kalau itu maumu.”
“terimakasih guru” aku membungkukkan badan sedikit dan kemudian meninggalkan sekolah.
***
Aku sudah berada di makam Eunhyuk dan berlinang air mata.
“apa kau tahu apa yang terjadi hari ini di sekolah?”aku mulai mengajaknya berbicara lagi.
Kemudian sosok bayangan Eunhyuk khayalanku pun muncul di hadapanku.
“bagaimana aku bisa tahu kalau kau tidak memberi tahuku. Memangnya ada apa?”
“ada yang mau duduk dikursimu. Seandainya saja aku masih hidup. Pasti kau akan marah kepada orang itu. iya kan,,?”
“iya. Seandainya aku masih hidup. Aku takkan membiarkan siapa pun duduk disitu selain aku.”
***
Aku ke taman dekat rumahku. Disana ada ayunan yang sangat membuatku tenang. Biasanya aku kemari dengan kakakku atau dengannya. Tapi sekarang aku sendirian. Siapa yang akan mendorong ayunanku sekarang? Siapa yang akan membelikan aku jus wortel kalau aku sedang haus? Siapa yang akan menggendongku pulang kalau aku tertidur saat disini? Siapa yang akan memanjat pohon mangga di depan rumah kalau aku sedang ingin makan mangga? Siapa yang akan menghabiskan semua strawberry di dalam kulkasku?
***
Di rumah..
“tadi aku ke taman loo..?” aku mulai berbicara sendiri kepada boneka Luffy hadiah dari Eunhyuk.
“sendirian lagi”aku mencoba tersenyum memandang Luffy itu. kemudian memeluk boneka itu erat-erat.
“tadi Nickhun telpon, mau tahu apa katanya?”aku tetap berbicara sendiri sambil tetap memeluk boneka itu.
“dia hari ini harus pergi ke luar kota, biasa pekerjaannya.!” Aku merebahkan boneka Luffy itu di sebelahku.
“aku sendirian juga di rumah. Kau tahu..?” aku meraba wajah boneka itu.
“aku takut sendirian..”aku kembali memeluk boneka itu erat-erat. Aku memejamkan mata dan seperti biasa aku akan menangis setiap mengingatnya. Airmata itu terus mengalir sampai akhirnya aku tertidur.
Seandainya kau masih ada. Aku pasti tidak akan takut sekarang. Sekarang kau pasti ada disampingku, memelukku, menemaniku. Tapi lihat sekarang, aku tidak akan bisa memelukmu lagi. Aku hanya bisa memeluk luffy sebagai penggantimu. Siapa suruh kau pergi secepat itu.
***
Haruskah aku pergi ke sekolah hari ini? Apakah aku sanggup memandang orang yang di sebelahku itu? sepertinya aku harus terpaksa berangkat sekolah hari ini.
Flashback
Pagi tadi sekitar jam 5 pagi, Hpku berbunyi.
My mind is gone, I'm spinning round
And deep inside, my tears I'll drown
I'm losing grip, what's happening
I stray from love, this is how I feel
Nickhun calling….
“ halo.”dengan mata yang masih mengantuk aku mengangkatnya.
“halo.. semuanya baik-baik saja disana,?”
“iya. semuanya baik-baik saja. Mengapa jam segini kau meneleponku?”aku melirik ke jam yang ada di sebelah tempat tidurku.
“aku hanya ingin membangunkanmu, agar kau tak terlambat untuk berangkat ke sekolah hari ini.”
“aku malas ke sekolah hari ini.”kataku santai, lalu aku duduk dan memandang  sekilas pada 2 foto yang ada disebelah jam tadi. Satu foto aku dengan kakakku, dan satunya lagi fotoku dengan siapa lagi kalau bukan belahan jiwaku, Eunhyuk.
“apa katamu? Kau tidak boleh begitu. Rajin-rajinlah ke sekolah karena sekolah itu bla-bla-bla dst.”
“iya..aku akan sekolah hari ini. Kau puas?” kataku dengan nada yang tegas untuk membuatnya berhenti berceramah.
 “begitu dong. Baru adikku.. oh iya kau merindukanku?”
“tentu saja. Kapan kau pulang?” tanyaku kepadanya
“kalau semuanya lancar mungkin malam ini aku sudah ada di rumah. Kau ingin memesan sesuatu sebelum aku kembali.?”
“tidak ada. Kalau semuanya sudah selesai, cepatlah pulang. Aku takut sendirian.”
“baiklah aku akan pulang secepatnya. Aku sayang padamu.”
End flashback
***
Aku berjalan lunglai menelusuri koridor untuk menuju kelasku. Setelah memasuki kelas, aku melihat ke tempat duduk yang dulu ditempati oleh Eunhyuk sekarang sudah tidak kosong seperti biasa lagi. Disana sudah ada seorang Lelaki yang mendudukinya. Lelaki itu menatap ke arahku, dia kemudian tersenyum. Mata kami bertemu. Aku segera menundukkan mukaku dan memandang ke arah lain.
Aku sudah berdiri di samping tempat dudukku.
“hei.”sapanya kepadaku.
Aku sama sekali tidak memperdulikannya. Aku hanya meremas kedua tanganku yang sekarang mulai mengeluarkan keringat. Aku mulai merasa hawa dingin merasuki seluruh badanku. Keringat dingin mengucur di pelipisku.
“kau tidak apa-apa ?” tanya murid baru itu.
Pertanyaannya itu membuatku melirik kepadanya. Hendak rasanya menyuruhnya agar jangan mengajakku berbicara sedikit pun kepadanya. Namun aku pusing, semuanya serasa berputar-putar dan akhirnya menjadi kabur. Aku memegang kepalaku. Kepalaku terasa semakin berat dan badanku serasa tak sanggup lagi menyandang bobot badanku. Aku berusaha duduk. Namun tiba-tiba saja aku rasakan aku terjatuh namun tidak sakit sama sekali. Aku mendengar beberapa orang berteriak dan ribut. Tapi, aku tidak dapat membuka mataku lagi sekarang.
***
Aku membuka mataku perlahan, dan aku menemukan sosok yang selalu ku rindu sedang memandangku dalam pangkuannya. Dia membelai pipiku dengan lembut.
“akhirnya kau bangun..”Dia tersenyum kepadaku.
“Mr. Simple.!” Kataku dengan penuh bahagia. Aku segera bangun dan memeluknya. Dia balas memelukku. Airmata bahagia karena dapat bertemu dengannya lagi turun membasahi pipiku dan kaos putih yang sedang dikenakannya waktu itu.
“kau kenapa.?” Tanyanya santai kepadaku.
“aku sangat rindu kepadamu, bagaimana bisa kau meninggalkan aku sendiri? Aku tidak sanggup sendirian. Aku jahat kepadaku Eunhyuk. Kau bohong kepadaku. Kau tidak memenuhi janjimu kepadaku. Aku benci kepadamu.”Aku mengatakannya disela-sela isak tangisku dan tetap dalam pelukan hangatnya yang begitu ku rindu selama ini. Dia hanya mengelus- elus belakangku.
“kau sudah selesai marah-marahnya?” tanyanya sambil melepaskan pelukanku dan memegang kedua tanganku dan memandang mataku yang masih berlinang air mata.
Aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku masih berusaha menyesuaikan nafasku. Aku masih bingung, apakah ini kenyataan? Apakah benar Eunhyuk yang sedang ada dihadapanku sekarang? Apa aku hanya berkhayal lagi sekarang? Airmata terus saja tertetes dari mataku.
“berhentilah menangis sayang” katanya sambil menyeka airmataku dengan kedua tangannya.
Kemudian dia memegang kedua pundakku dengan kedua tangannya.  Tatapan matanya sudah membiusku. Aku bahkan meragukan bahwa sekarang jantungku masih berfungsi dengan baik. Aku hanya dapat memejamkan mataku. Menunggu tindakannya yang selanjutnya.Dan tindakan berikutnya adalah dia mendekatkan bibirnya dan membekap bibirku yang masih terisak karena tangisanku. Aku bisa merasakan kehangatan yang menyelimuti seluruh tubuhku. Ini memang dia. Tidak salah lagi. Ini memang kekasihku.
***
Aku membuka mataku perlahan. Sekarang latar telah berubah. Eunhyuk sudah menghilang dari hadapanku. Aku kemudian duduk. Aku memegang kepalaku. Aku masih merasakan sakit sedikit dikepalaku ini. Aku memandang ke sekitar. Sepertinya aku masih ada di sekolah. Mungkin aku sedang berada di ruang kesehatan. Tapi mengapa aku hanya sendirian. Apakah tidak ada suster yang jaga? Hendak rasanya aku menitikkan air mata lagi sejak kejadian tadi. Apakah yang baru terjadi barusan? Apakah itu mimpi di siang bolong? Apa aku terlalu menghayal tentang keberadaannya? Tapi itu terlalu nyata untuk sekedar menjadi mimpi di siang bolong.
“ kau tidak apa-apa?” tanya seorang lelaki yang memakai seragam yang sama dengan seragam yang ku pakai.
“kau siapa?” tanyaku kepadanya.
“kau tidak ingat aku?” dia berjalan menghampiriku dan menyerahkan secangkir teh hangat.
Aku hanya menggelengkan kepala.
“minumlah ini.” Pintanya kepadaku. Lalu aku meminumnya“aku murid baru yang duduk disebelahmu.” Katanya kemudian diiringi senyuman.
“ohh” kataku singkat. Aku kemudian menyerahkan cangkir itu kepadanya. Lalu aku mengalihkan pandangan darinya.
Sepertinya kesadaranku telah kembali sepenuhnya. Aku mencoba berdiri. Aku berjalan melewatinya. Aku meninggalkan dia sendirian disana. Aku kembali ke kelas dengan berjalan perlahan dengan meniti pada dinding koridor. Aku takut kalau nanti aku akan jatuh lagi.
Kau melihatnya sekilas sedang mengikutiku dari belakang. Entah apa yang dipikirkannya. Aku tak perduli. Aku tak perlu bantuanya. Aku bisa sendiri.
Ji Yong POV:
Aku murid baru pindahan dari Jepang. Aku pindah kesini karena ayah dan ibuku bercerai dan aku memilih untuk tinggal bersama dengan ibuku disini.
Hari pertama aku lewatkan dengan berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitarku yang masih tergolong baru untukku. Hari ini hari pertama aku kesekolah. Aku berjalan bersama seorang guru yang katanya adalah wali kelasku. Aku memasuki kelas yang akan aku tempati dan kemudian memperkenalkan diri. Semuanya terlihat sangat menyenangkan disini. Semua orang tersenyum kepadaku. Semuanya memperhatikan saat aku sedang memperkenalkan diri. Tapi, saat aku sudah selesai, dan guru menunjukkan tempat duduk yang akan aku tempati, seseorang yang berada di samping tempat duduk yang hendak aku tempati itu, tiba-tiba saja berdiri menuju ke depan kelas. Dia melewatiku. Aku tersenyum kepadanya. Tapi, dia bahkan tidak melirikku sama sekali.
Aku duduk di bangku yang di tunjukkan oleh guru itu. Bangku dan mejanya bersih.
***
Ji Yong home…
“bagaimana hari pertama di sekolah?” Tanya ibu kepadaku
Aku tersenyum “aku suka sekolahku yang baru bu, semuanya baik kepadaku.”
“apa ada yang special dengan hari pertamamu?” Tanya ibu lagi
Aku berfikir sebentar lalu menjawab “tidak ada” lalu aku kembali tersenyum kepadanya
“apa kau yakin,, sepertinya kau berbohong kepada ibu.”
“ahhh.. ibu.. jangan menggodaku begitu.”
***
Malamnya..
Aku kembali terbayang pertanyaan ibu siang tadi “apa ada yang special dengan hari  pertamaku?” apa ada yaa.. aku kembali mengingat hari pertamaku pagi ini di sekolah. Apa yang special ya.? Mengapa dia tidak membalas senyumku? Apa aku sangat jelek di matanya, sehingga memandangku saja tidak. Apa yang salah denganku yaa? setahuku tidak ada yang salah denganku. siapa namanya yaa.? mengapa wajahnya terlihat sangat murung dan tak bersemangat? Apa dia menderita penyakit yang mematikan? Berapa umurnya ya? Apa warna kesukaannya ya? hoammbb. Sepertinya sudah larut, semoga besok aku bisa berkenalan dengannya.
***
Hari ini aku sengaja berangkat ke sekolah lebih pagi. Aku ingin cepat bertemu dengannya lagi pagi ini. Dan segera berkenalan dengannya. Menanyakan namanya. Minta nomor teleponnya. Bertanya tempat tinggalnya. Dan tentu saja aku ingin sekali mengantarkannya pulang. Apa dia sudah ada yang punya yaa,? semoga saja belum. Aku tersenyum membayangkan semua itu.
Aku sudah duduk manis di tempat dudukku. Aku menunggunya untuk datang. Dan akhirnya dia yang ku tunggu pun datang. Aku menatapnya dan sepertinya dia pun menatapku. Mata kami bertemu. Betapa manisnya dia pikirku dalam hati. Aku tersenyum kepadanya. Tapi dia tetap saja tidak membalas senyumku dan malah membuang muka. Tapi tidak apa-apa. Dia berjalan kearah tempat duduknya yang berada di sebelahku. Bahagianya diriku. Dia akan duduk disebelahku. Saat kami sudah dekat. Aku berusaha menyapanya.
“hei..” kataku kepadanya.
Dia tetap tidak memandangku sama sekali. Wajahnya terlihat pucat. Sepertinya dia sedang tidak sehat. Bagaimana ini. Apa yang harus aku lakukan? Aku segera berdiri.
“kau tidak apa-apa?” tanyaku khawatir kepadanya.
Dia menatap sekilas kearahku. Dia memegang kepalanya. Dan tidak lama kemudian dia terjatuh. Untung saja jarakku tidak jauh darinya, jadi sebelum dia sampai terjatuh ke lantai aku sempat menahannya. Semua yang ada di kelas segera menghambur ke arahku. Seseorang membantuku untuk melepaskan tasnya.
Aku berusaha mengangkatnya.
“bagaimana ini?” tanyaku kepada seseorang yang tadi membantuku melepaskan tasnya, aku lupa namanya. Mungkin kemarin kami sempat berkenalan, tapi sekarang aku sudah lupa namanya.
“bawa saja dia ke ruang kesehatan!” perintah orang yang aku lupa namanya tadi.
“dimana?” tanyaku kepadanya.
“sini cepat.. ikuti aku” Aku mengikutinya.
***
“apa dia tidak apa-apa suster?” tanyaku kepada seorang suster yang sedang ada di ruang kesehatan dan sedang memeriksa keadaanya sekarang.
Suster itu tersenyum kepadaku “dia tidak apa-apa, hanya pingsan saja, mungkin dia sedang kelelahan akhir-akhir ini.”
Aku hanya menatap khawatir kepada wajah yang sudah terbaring tak berdaya di atas kasur itu.
“bisakah kau menjaganya, aku sekarang harus pergi sebentar, tunggu saja dia sampai siuman” pinta suster itu kepadaku.
“iya suster.”
“ooo iyaa, kalau kau tidak keberatan, kau bisa buatkan dia secangkir teh hangat disana” tunjuk suster ke sebuah meja.
“nanti kalau dia sudah bangun, kau bisa menyerahkan kepadanya, itu akan membuatnya lebih baik,” sambung suster itu kepadaku.
“baiklah suster.”
“terima kasih yaa”
Suster itu pun meninggalkan aku. Aku kemudian berjalan menghampiri dia yang sedang terbaring tak sadarkan diri itu. Aku memegang tangannya. Lalu aku melihat tulisan di atas seragam sekolahnya. Elyn, itukah namamu? Aku memperhatikan wajahnya. Iseng aku mengambil hanphoneku dan memotret wajahnya yang sedang tidak sadarkan itu. Semoga saja dia tidak marah. Suatu saat nanti aku akan minta ijin kepadanya.
“Eunhyuk.”
Astaga…!! Aku terkejut.  Sontak saja aku melepaskan genggaman tanganku darinya. Dan segera mengembalikan handphone ku ke sakuku. Apa dia mengigau? Apa orang pingsan bisa mengigau yaa? apa dia makhluk luar angkasa?
Sudahhlah… aku segera membuang segala pikiran burukku tentangnya dari dalam kepalaku. Sebaiknya aku membuatkannya teh saja seperti yang di suruh suster tadi.
Tak lama kemudian. Dia pun sadar, aku berusaha berbasa-basi kepadanya. Namun mengapa anak ini tidak pernah tersenyum kepadaku sedikitpun. Apa salahku kepadanya sih.? Dia terlihat sangat dingin kepadaku. Tahukah dia bahwa aku yang menolongnya hari ini? Bukan bermaksud untuk pamrih, tapi setidaknya dia menganggap aku ada saja sudah cukup. Apa dia tidak melihat kehadiranku di sampingnya? Aku bukanlah makhluk tembus pandang. Aku ini nyata. Aku perlu diperhatikan.
***
Ji Yong home in the night..
Aku masih tidak habis pikir terhadap sikapnya kepadaku.
Because i can’t sleep til you’re next to me
No i can’t live without you no more
Oh i stay up til you’re next to me
Til this house feels like it did before
Feels like insomnia ah ah, Feels like insomnia ah ah
Feels like insomnia ah ah, Feels like insomnia ah ah

Aarggh,kenapa lagu yang diputar di radio ini sesuai dengan keadaanku sekarang ya?  Setiap malam aku jadi susah tidur dan hanya membayangkan wajahnya. Aku meraih handphone yang terletak di sebelah bantalku. Aku memerhatikan wajahnya yang sedang terpampang di layar handphoneku sekarang. Aku meraba layar Handphone membayangkan seakan-akan aku sedang meraba wajahnya. Lalu aku kembali teringat kejadian setelah aku memotretnya. Eunhyuk? siapa dia sebenarnya? Apa hubungannya Eunhyuk dengan Elyn?
***
Nickhun POV :
Kasihan adikku itu. sekarang dia pasti sedang kesepian di rumah. Seandainya saja Eunhyuk masih hidup, mungkin dia tidak akan kesepian. Ahh.. aku menghela nafasku. Mengapa nasibmu begitu malang? Semoga saja nanti kau menemukan pengganti Eunhyuk, yang bisa membuatmu tersenyum lagi seperti sebelum kejadian mengenaskan yang merenggut nyawa kekasihmu itu.
Walaupun kau tak menginginkan apapun, tapi aku tetap membelikanmu sebuah dress berwarna biru langit ini. Aku harap kau akan menyukainya. Nanti, setelah aku pulang, aku berencana mengajakmu liburan bersama. Aku ingin kau mengenakannya saat liburan itu. Sudah lama kita tidak berlibur bersama. Terakhir kali, kita berlibur bersama Eunhyuk. semenjak kepergiannya, kau tidak pernah berlibur sama sekali. Maafkan aku karena selama ini kurang memperhatikanmu. Pekerjaan ini membuatku terlalu sibuk, sehingga harus meninggalkanmu adikku. Seandainya masih ada Eunhyuk disisimu aku mungkin akan sedikit terbantu. Karena kau pasti tidak akan merasa kesepian. Lain halnya sekarang, tidak ada lagi yang menemanimu.
***
Jam menunjukkan pukul 1 pagi saat aku sudah memasuki rumahku. Kau pasti sudah tidur. Aku menengoknya ke kamarnya. Aku meletakkan hadiah yang aku beli saat aku ada di Singapore tadi di atas meja belajanya. Kemudian aku menghampirinya yang sudah terlelap dalam tidurnya sambil memeluk boneka Luffy. Aku memandang wajahnya. Ada bekas air mata yang mengering di ujung kedua matanya. Kau pasti masih mengingatnya. Kasihan kau. Aku mengelus kepalanya. Lalu aku membetulkan posisi selimutnya. Kemudian mengecup dahinya sebelum aku meninggalkan kamarnya untuk kembali ke kamarku sendiri.
Elyn POV :
Setelah kepergiannya aku menjalani setiap hariku denagn berat. Setiap jam bahkan detik terasa menyiksa, karena tak ada satupun tarikan nafas yang terlewatkan tanpa membuatku teringat kepada Eunhyuk. Kita tak pernah mengerti arti bahagia sampai kita jatuh cinta dan kita tak pernah mengerti apa arti kesedihan sampai kita ditinggalkan orang yang kita cintai.
Bagaimana caranya aku dapat bertahan melewati detik-detik yang terasa hampa tanpa Eunhyuk di sisiku, menggenggam tanganku?
Sekarang aku benar-benar jadi ingin menangis. Bunga matahari! Masa-masa ketika Eunhyuk menjadi Matahari hidupku, selalu menyinariku dengan kehatannya…. Terasa begitu dekat, aku masih ingat setiap detiknya seakan baru terjadi kemarin. Tapi sekaligus terasa begitu jauh… bagitu banyak dan begitu cepat berubah sehingga aku mengerjapkan mata dan bertanya, mimpikah itu?
You are my sunshine , my only sunshine, you make me happy when skies are gray…
Hatiku pilu bak disayat sembilu…
Malam-malam kulewati dengan menangis sampai tertidur. Beberapa kali aku juga bermimpi tentang Eunhyuk. Biasanya mimpi yang bahagia, diakhiri dengan kami berpelukan. Ketika bangun di pagi hari, aku masih memejamkan mata. Setengah tidur, selama beberapa detik kupikir mimpi tadi adalah kenyataan. Tapi kesadaran segera merasuki diriku dan aku berhadapan dengan kenyataan yang pahit. Tangisan itu pecah kembali, menusuk dadaku begitu dalam sampai kupikir aku tak akan kuat menaggungnya.
Aku berusaha mengenyahkannya dengan kesibukan pagi hari, mandi dan bersiap-siap untuk beraktivitas. Lalu bayangannya muncul lagi dalam benakku. Kenangan kami bersama. Semua kata indah yang pernah diucapkannya. Airmataku meluncur turun tanpa bisa ditahan lagi ketika aku mengingat semua itu. Ke mana perginya hari-hari indah penuh keajaiban itu?
Aku ingat saat ia pertama kali menciumku. Rasanya seperti sepotong puzzle yang telah menemukan pasangannya. Begitu pula dengan rasa nyaman yang menyelimuti diriku saat berada dalam pelukannya. Apakah itu semua hanya ada dalam anganku?
Air mataku turun dan membasahi apa saja yang sedang ku pegang. Boneka Luffy yang sedang ku peluk, buku pelajaran yang sedang aku pelajari, novel yang sedang aku baca, tentu saja bantal dan gulingku sudah pasti basah setiap malam, bukan karena genteng di rumahku bocor atau aku masih ngompol, tapi karena terkena rembesan airmataku yang selalu tumpah saat mengingat dirinya yang tak akan pernah kembali lagi di sisiku. Aku juga bingung, kenapa persediaan air mataku tidak habis-habis?
Kenangan tentangnya bagai pisau atau sembilu dingin yang menyayat hatiku. Sungguh-sungguh menyakitkan.  Aku tak mengerti bagaimana tubuh ini bisa ikut tersakiti walaupun secara fisik tak ada yang melukainya.
Sejak Eunhyuk meninggalkanku, tak ada hal penting dalam hidupku yang dapat diceritakan. Hari-hari kujalani tanpa benar-benar merasakn apapun. Aku bagai zombie, yang hanya menurut disuruh-suruh dan dibawa kemana-mana. Aku seperti selongsong tubuh kosong tak bernyawa. Seakan jiwaku ikut pergi bersama kepergiannya.
Pernahkan kau menyadari bahwa memori kita dapat menyimpan “rasa” dalam ingatan-ingatan tanpa kita sadari? Seperti sekarang, saat aku kelaparan dan membuka kulkas dua pintuku di dapur, aku tidak dapat menemukan buah apel (buah kesukaanku selain wortel untuk di jus) aku hanya menemukan sekotak kecil strawberry. Waktu aku mengeluarkannya dari kulkas dan memakannya satu. Tiba-tiba sebuah memori menyergapku kuat. Rasa yang akrab, sesuatu yang dulu merupakan bagian dari diriku.
Waktu aku menemanimu pergi ke sebuah kebun strawberry dan merasakan sendiri bagaimana memetik strawberry langsung dengan tanganmu dan kemudian kau tidak bisa membedakan mana strawberry yang sudah masak atau yang masih mentah. Dan kau akhirnya salah petik, kau memetik yang masih mentah dan kau memaksaku untuk merasakan masamnya strawberry yang masih mentah itu.
Waktu aku sakit, dan aku tidak nafsu makan akhirnya  kau memaksakan diri untuk membuatkan aku nasi goreng strawberry yang rasanya tidak bisa tergambarkan, sangat abstrak.
Dan tangisku meledak seketika saat kenangan akan Eunhyuk menerjang begitu kuat. Aku seperti melihat kembali diriku, tidur-tiduran di ranjang sambil mengobrol di telepon dengan Eunhyuk sampai pipiku bersemu merah karena rayuan gombalnya. Aku bergandengan tangan dengannya, berjalan-jalan menyusuri koridor sekolah. Eunhyuk menyuapiku es buah yang ada di kantin sekolah. Eunhyuk menepuk-nepuk kepalaku lembut.
Sembilu dingin itu kembali menyayat hatiku. Begitu menyakitkan hingga rasanya tak tertahankan.
***
to be continued....

                                                                                                                                                                                          

0 komentar:

Post a Comment

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Blog Archive

Statistik Aniko

Search This Blog

Jimbon punya Dikta, kucing online-ku

Jimbon kucingnya Dikta adalah hal paling membahagiakan di internet sekarang. Kucing online-ku. Gendutnya gak kira-kira. Kelakuannya ya kayak...

Followers

Copyright © Anikoiy | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com